Senin, 25 Mei 2015

SINOPSIS JODHA AKBAR EPISODE 502, Selama bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Ratu jodha

Di ruang sidang Divan-I-Khas, sidang perceraian Jalal Jodha masih berlangsung. Jodha menginginkan mahar perceraian yang lebih banyak dari yang sudah disediakan. Sheikh Mubarak berkata bahwa itu sudah sesuai hukum yang telah ditetapkan. Aku (Jodha) menjawab bahwa aku memasuki istana bukan hanya sebagai istri, namun aku telah menjadi hubungan keluarga dengan baik dengan Amijan, Ratu-ratu yang lain, para pelayan. Haruskah hubungan kekeluargaan ini berakhir dengan perceraian antara suami istri? Perceraian ini adalah sebuah yang tidak adil.

Shahensah menimpali “Hubungan kekeluargaan yang mana ratu Jodha? Bahkan Ratu Hamidah sudah tidak mengakuimu sebagai putrinya? Baiklah apa yang kau inginkan Ratu Jodha” Aku menjawab “Aku ingin harta yang lebih dari semua itu” Semua yang hadiir terkejut. Ratu Hamida cuma terbengong tak mengerti. Shahensah menyanggupi kemauanku. Para pelayan istana berdatangan dengan membawa lebih banyak perhiasan ke ruang sidang. Ratu Hamida juga turut memberikan anting-anting berlian yang dipakai dan menaruhnya bersama perhiasan yang lain.


Melihat hal itu aku maju dan menghampiri mahar tersebut dan mengambil anting Ratu Hamida, dan menaruh dikeningku sebagai tanda hormat. Kugenggam anting berlian itu " Cukup Shahenshah. Hanya ini yang aku butuhkan. Hanya benda ini yang sangat berharga untukku. Dan Aku menerima keputusan cerai ini. Silahkan dilanjutkan sidangnya". Aku mencoba tenang untuk menjaga harga diriku. Shahensah tertegun dan juga Ratu Hamida. Salim juga menahan amarahnya melihat ibunya.

Tiba-tiba Hamida berdiri dan berkata, "Kau jangan pergi kemana-mana Ratu Jodha. Dan Jalal tidak boleh menceraikanmu" Ratu Hamida pun maju menghadap Shahensah, "Jalal kau tidak ku ijinkan menceraikan Jodha. Ini adalah perintah ku sebagai Ibumu!”
Shahensah lalu berkata kepada para menteri dan yang bukan kerabat kerajaan meninggalkan ruangan.


Jalal mengatakan bahwa tidak ada yang berhak menghalangi keputusannya. Hamida bersikeras untuk membatalkan perceraiannya. Hamida lalu menangis terisak dan akhirnya  mengaku " Aku yang telah memaksa Jodha untuk berpindah keyakinan. Aku hanya berniat untuk menghentikan perang, maka aku mogok makan. Ternyata Jodha teramat mengkhawatirkanku dan putriku Jodha memutuskan untuk pindah agama demi menyelamatkanku. Semua ini bukanlah salah Jodha tetapi salahku, Jalal. Aku tak pernah berpikir Jodha akan menanggung hukuman yang sangat berat seperti ini"

Aku (Jodha) sangat terharu mendengar semuanya. Semua yang hadir juga tampak terharu.

Shahensah terlihat diam dan ada keharuan yang di sembunyikan dimatanya. Dan dengan tersenyum lebar Shahensah berkata, “Sungguh aku tak pernah bisa memahami semua hal yang menyangkut hubungan, antara seorang Ibu dan putrinya. Aku memohon maaf kepada kalian semua.  Aku tidak pernah berniat untuk meceraikan Jodha. Maafkan aku. Aku tahu Jodha berada dibawah tekanan sehingga JOdha akan melakukan apa saja demi kebaikan semua orang. Aku hanya ingin ibu mengakui semua ini"

Shahensah kemudian memandangku dengan penuh rasa sesal dan lanjut berkata, “ibu selama ini telah memberi contoh terbaik tentang hubungan antara Ibu dan menantunya. Tiap kali aku berangkat perang kalian berdualah yang selalu menjadi umber kekuatan ku"
Hamida memandangku dan minta maaf kepadaku. Kami berpelukan erat. Semua yang hadir tampak lega.


Shahensah berkata  kepadaku, “Baiklah, sekarang semua telah baik-baik saja. Maka aku pun mohon maaf kepada mu Ratu Jodha” Aku masih kondisi marah kepada Shahensah tidak membalas senyumya dan langsung meninggalkan ruangan. Dan bisa diduga Jalalpun pergi mengejarku. Bagaimana sanggup ia kehilanganku.... (GR)

Di kamar, dengan perasaan marah, aku mengemasi baju-bajuku Shahensah tampak tergesa-gesa memasuki kamarku. Shahensah menanyakan apa yang aku lakukan. Aku menjawab ketus. "Aku akan pergi" Shahensah berusaha menjelaskan. Aku berkata, "mungkin ini semua adalah lelucon bagimu Shahensah. Tapi itu sangat menyakiti hatiku dengan apa yang telah kau lakukan?Berkali-kali kau telah menyakiti hatiku Shahensah ..."

 Shahensah terus berusaha membujukku, "Jodha kau tahu kalau aku tak pernah berhenti mencintaimu. Aku mohon kepadamu" "Cukup, aku tak mau mendengar lagi" Kataku sambil menjauh ari Shahensah. Shahensah tanpa ragu memegang bahuku dan memohon maaf padaku. Aku masih sangat marah, ku dorong dia... ku pukul-pukul bahunya... Shahensah tetap berusaha dan mohon maaf.

Shahensah menarik tanganku, "Ayo ikut aku ..." Tapi aku berusaha melepaskan pegangan tangannya. Namun Shahensah tetap menarik tanganku ke luar kamar. Sesampai di luar Shahensah menunjuk ke langit dan bintang-bintang ..."“Lihatlah bintang-bintang itu Ratu Jodha. Selama bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku hanya ingin menguji Amijan saja" Aku masih marah dan menjawab "Aku tak perduli"

Aku menjawab, “Kau harus tahu?  Cintamu bagaikan sinar bintang yang meredup kemudian hilang dipagi hari. Maka seperti keputusanmu, tinggalkan aku. Aku akan lebih tenang"
Shahensah tampak terkejut dan terbelalak tak percaya. Sambil tergagap dia bertanya: “Jadi kau tetap ingin meninggalkan ku?” Berulang kali Shahensah menanyakannya sampil terus berputar-putar mengelilingiku. Kataku, “Aku ingin terbebas dari semua ketegangan ini!”
Shahensah bingung tak percaya. Dengan memelas Shahensah, “Apa yang kau inginkan? Apa yang bisa menebus kesalahanku ini jika maafku belum cukup?" Shahensah memasang wajah super memelas dan nada bicara yang hampir putus asa. Mendengar hal ini aku pun tampak tersenyum kecil tapi ia tak ku perlihatkan kepada Shahensah. Aku berbicara kepada Shahensah secara perlahan, "Kau mau aku tetap di sini?" "Tentu saja, Aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan” aku menantangnya, “Apakah kau akan punya waktu untuk ku?” Shahensah gelisah, dengan antusias ia berkata: “Tentu aku akan selalu ada waktu untuk mu” Aku tambah menggodanya “Baiklah, kau harus memenuhi beberapa syarat dari ku. bila aku ingin berjalan-jalan di taman maka kau harus meninggalkan apapun yang sedang kau kerjakan. Kau setuju?" Shahensah langsung menjawab, "tentu saja aku bisa” Aku terus mengoda Shahensah dengan  menambah  persyaratan “Bila aku ingin makan Mangga maka kau harus memanjat pohonnya dan mengambilkannya untuk ku” Shahensah bingung tapi tetap menjawab,  “Oke siap” Aku terus menambah persyaratan yang semakin lama semakin aneh dan Shahensah menyetujui semuanya. Kemudian kataku. "Dan Syarat terakhirku adalah peganglah kedua kuping mu, lalu jongkok dan bergayalah bagaikan seekor ayam" Shahensah seperti orang terhipnotis mau melakukannya, walau akan mengelak akhirnya Shahensah pasrah juga. Dia pun jongkok sambil memegang keduia telinganya. Akan tetapi Aku jadi sungkan dam langsung menghentikannya. Aku menarik Shahensah dan berkata dengan serius, "Jangan pernah sekali-kali kau mengucapkan kata cerai padaku ya!” Shahensah terdiam dan menahan tangisnya. Ia terus memandangi istrinya tercinta ini. Dengan lirih Shahensah menjawab, " Aku berjanji" Kemudian Shahensah memeluk erat diriku dan berkata “Maafkanlah diri ku. Tahukah kau semua orang memihak kepadamu, Ratu Jodha? dan dia memanggilmu dengan sebutan Massa (istilah amer untuk menyebut kata ibu). Bahkan Salim datang dan mengancamku untuk mengundurkan diri sebagai putra mahkota"  Aku terkejut mendengarnya. Seakan tak percaya apa yang barusan di ucapkan Shahensah.  Aku sangat terharu dan bangga. Aku berkata, "Apa Shahensah? Dia memanggil diri ku Massa? Berarti Salim telah kembali padaku. bisa ku percaya?” Jodha bertanya lagi: Shahensah meyakinkanku  “Benar salim menyebutmu dengan sebutan Massa. Shahensahpun memelukku dengan mesra.by Noerzulfa Episode selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by http://www.facebook.com/SMNurhayati' - Premium Blogger Themes | Facebook Themes