18 Mei 2015 Zee TV.
Laboni melihat
Dammu memandang bulan purnama sempurna.Dammu merasa yakin Laboni akan segera
memiliki Shahensah.
Di atas tempat di tidur, di kamarku (Jodha), Aram sedang bermain kuda-kudaan
dengan Shahensah . Aram naik di punggungnya dan aku tersenyum melihatnya. Shahensah berkata bahwa kudanya sudah
capek, tapi Aram tidak mau turun dan akupun menyemangatinya. Tapi Shahensah mengatakan kalau kuda juga perlu istirahat.
Di kamarnya, Dammu sedang membaca mantra. Dammu menarik rambut boneka Jalal.
Dan langsung terasa di kepala Shahensah. Shahensah mengatakan pada Aram supaya
tidak menarik rambutnya. Dan Aram tidak merasa menarik rambut Shahensah. Dammu
terus membaca mantra, tiba-tiba Shahensah berdiri menyebabkan Aram jatuh. Aku
langsung menolong Aram. Shahensah berjalan ke luar ruangan. Dammu merasa
sihirnya sudah berhasil. Laboni pun bersiap-siap untuk menyambutnya.
Shahensah datang dan duduk dekat dengan Laboni. Laboni membisikkan
mantra di telinga Shahensah. Tiba-tiba Shahensah sadar dan terbengong, mengapa
ada di kamar Laboni. Shahensah langsung berdiri dan kembali ke kamarku. Aku
menanyakan kemana tadi Shahensah pergi. Namun tanpa diduga Shahensah malah membentakku dan mengatakan kalau aku tak perlu tahu
tentang semua urusanku. Aku terkejut dan masih tertegun ketika Shahensah meninggalkanku.
Keesokan paginya, aku
melakukan pooja untuk memohon
perlindungan terhadap Shahensah . Aku
harus memberi Aarti untuk Shahensah. Di halaman aku melihat maan dan rahim sedang berlatih pedang. Tetapi aku tidak melihat Shahensah. mengatakan bahwa Shahensah belum datang untuk latihan. Shahensah masih tidur. Aku seakan tak percaya, tak
biasanya Shahensah belum bangun sesiang ini. Aku pergi ke kamar
Shahensah dan duduk disamping Shahensah dan
member Aarti. Pada saat itu juga boneka Dammu berputar-putar menolak perintah
Dammu. Dammu tak mengerti mengapa bisa terjadi. Aku menyentuh Shahensah yang masih tertidur. Dia bangun dan terkejut. Dia mengucapkan terima kasih kepada Tuhan dan bisa melihatku lagi pagi ini.
Shahensah mengeluh merasa kepalanya sakit. Aku mengatakan kalau Shahensah berbicara aneh tadi malam?
Shahensah mengatakan apa yang saya
katakan? Aku menceritakaan kejadian semalam dan membuat Aram terjatuh.
Shahensah mengatakan tidak ingat. Yang dia ingat hanya
dia sedang bermain dengan Aram. Mungkin ke Ruang Divan E-Khass. Shahensah bersiap-siap akan berlatih pedang, aku
mengingatkan kalau hari sudah siang. Shahensah pun bersiap untuk mandi. Di
ruangan Dammu kembali melakukan
sihirnya. Kepala Shahensah mulai terasa Sakit. By noerZulfa Episode selanjutnya.
Jumat, 29 Mei 2015
Rabu, 27 Mei 2015
SINOPSIS JODHA AKHBAR Episode 506, KISAH CINTA RATU JODHA DAN SHAHENSAH JALALUDIN AKBAR
Laboni meniup debu dari luar ruangan dan mengenai badan Shahensah, Aku (Jodha) terkejut, tanpa sadar meniupnya walau dari jarak jauh.Shahensah berfikir debu itu dari dinding atau atap yang rapuh. Shahensah memanggil prajurit untuk memanggil tukang kayu. Aku berkata sebaiknya Shahensah segera mandi karena wajahnya penuh debu. Dengan tersenyum, Shahensah mengatakan "berarti aku yang telah memenangkan pertandingan catur ini Ratu Jodha"
Di pemandian, Shahensah sedang berendam, dan aku merapikan rambutnya. Shahensah masih menggodaku dan membanggakan dirinya karena permainan catur di menangkan oleh Shahensah. Sebelum aku sempat protes, tiba-tiba Shahensah menarikku dan aku pun masuk ke bak pemandian. Shahensah tertawa puas sambil memandangiku, dan aku memasang tampang marah. "Shahensah, pakaianku basah semua karena ulahmu"
Akupun mencipratkan air pada Shahensah. Shahensah tertawa dan membalasku dengan melemparkan air padakui, kami berduapun bermain dengan air. Shahensah mendekatkan tubuhnya ke diriku, Aku mengatakan harusnya Shahensah yang mandi sendiri karena badannya kotor, hatinya pun ikut kotor. Shahensah tak mau kalah, dia ingin aku yang membersihkan semuanya. Aku pun akan beranjak pergi dari bak pemandian, tapi Shahensah tetap menahanku. Shahensah mengatakan "ini adalah saat yang indah dan saya ingin mencintaimu sepenuhnya" Aku hanya tersenyum dan tetap ingin naik. Shahensah mendekatkan tubuhnya, mengambil secawan air dan menuangkan di atas kepalaku. Shahensah tersenyum melihat wajahku yang basah. Lgu Ankhon mein tum berkumandang, Aku pun menuangkan air di wajahnya dan mencuci wajahnya dengan bunga.

Di kamar, Aku mengeringkan rambut Shahensah. Laboni datang untuk memberi hadiah kepadaku dan Shahensah. Hadiahnya berupa parfum. Shahensah membauinya, dia merasa sangat senang. Laboni melihat handuk yang ada rambut Shahensah atasnya. Diam-diam Laboni mengambilnya.
Di kamar dammu, laboni membawakan sindur milik Jodha dan rambut Shahensah kepada dammu . Damuu menerimanya dengan senang. dia merasa akan berhasil sekarang. Dammu membuat boneka dan memberikan kepada Laboni. Laboni memantra-mantrai dan memakai sindoor di dahinya. Dammu mengatakan jika bulan purnama datang, Jalal akan menjadi milik Laboni.
Di ruangan, Shahensah bertanya padaku tentang perkembangan bahasa Inggris yang aku pelajari. Aku mengatakan "Shahensah, kamu sangat HANDSOME" Shahensah bertanya apa itu artinya. aku menjawab kalau itu artinya sangat memukau, sangat keren. Shahensah pun mengatakan bahwa aku juga sangat Handsome. Aku hanya tertawa dan menjelaskan kalau untuk perempuan itu disebut BEAUTIFUL. kami tertawa bersama.
Pelayan datang dan mengatakan ada surat dari Bhagwan das. Aku membaca surat itu. Kakakku ingin datang ke Agra untuk membicarakan tanggal pernikahan Maan Bai dan salim. Shahensah menggodaku, kalau aku punya menantu berarti ada satu orang lagi yang bisa diperintah-perintah. Aku hanya tertawa memandang Shahensah.
Di ruang sidang, Shahensah sedang membicarakan untuk menaklukkan Maharana Pratap. Pratap sangat kuat dan cerdik dalam strategi perang, Shahensah ingin Salim yang menangkapnya. Salimpun siap dan tidak akan mengecewakan Shahensah. Maan Singh juga mendukung, Salim besar sebagai prajurit, ia akan memenangkan perang ini. Rahim juga siap bersama dengan Salim. Shahensah siap untuk berperang, karena dengan mengalahkan Pratap berarti India akan dikuasai sepenuhnya.
Aku (Jodha), Salima dan Hamidah yang memilih perhiasan untuk Mann bai, Ruks mengatakan kalau dia suka semuanya. Laboni datang ke sana, ia menyapa setiap orang, Aku memang memanggilnya untuk memilihkan hadian untuk Mann Bai. laboni/Laela adalah teman sejak kecil Mann Bai, sehingga pasti tahu selera Mann Bai. Laboni tampak terkejut mengetahui kalau keluarga Amer akan datang. ini berarti rahasianya akan terbongkar.
Aram datang ke Salim dan mengatakan kepadanya bahwa Bhagwan akan datang untuk membicarakan pernikahan Salim dengan Mann. Salim tegang..Salim datang ke Anarkali dan mengatakan saya akan memberitahu Bhagwan bahwa ia tidak dapat menikahi putrinya. tapi Anar tidak setuju. Karena rencana pernikahan sudah diketahui banyak orang. Hal itu akan menimbulkan masalah baru. Salim mengatakan mengapa tidak? Aku tidak mencintainya, aku mencintaimu dan saya ingin menikah denganmu saja. Anarkali berkata, "Tapi Mann Bai mencintaimu, aku akan merasa bersalah sangat bersalah kalau mengkhianatinya" Salim bersikeras hanya Anar yang berhak atas cinta Salim. Orang tua hanya berhak menikahkan tapi tidak berhak memaksakan cinta. Salim akan mengatakan kepada Ratu Jodha.
Tanpa mereka ketahui, ternyata Hoshiyar mendengarkan percakapan mereka. Dan tentu saja akan melaporkan kepada Ruks. Karena berjalan tergesa-gesa, Hosyiar bertabrakan dengan Dammu. Hosyiar marah-marah, Dammu pun juga terlihat menahan marahnya.
Di ruang makan Hareem, semua telah berkumpul untuk makan bersama. Tampak Hosyiar membisikkan sesuatu pada Ruks tentang Salim. Laboni datang dengan membawa Ayam panggang dan memberikannya kepadaku. Namun aku menolaknya, "Apa kau lupa Laela bahwa kalau aku vegetarian?" Laboni minta maaf dan ayamnya akan ia makan sendiri. namun aku memintanya untuk duduk di seberang, agak jauh dariku. Laboni duduk di seberang meja, ia makan ayam dengan amat rakus. Salima mengingatkan laboni untuk makan lebih sopan. Laboni mengatakan kalau dia sangat menyukai ayam. Laboni makan dengan kedua tangannya. Semua orang tertegun. By NoerZulfa. episode selanjutnya.
Di pemandian, Shahensah sedang berendam, dan aku merapikan rambutnya. Shahensah masih menggodaku dan membanggakan dirinya karena permainan catur di menangkan oleh Shahensah. Sebelum aku sempat protes, tiba-tiba Shahensah menarikku dan aku pun masuk ke bak pemandian. Shahensah tertawa puas sambil memandangiku, dan aku memasang tampang marah. "Shahensah, pakaianku basah semua karena ulahmu"
Akupun mencipratkan air pada Shahensah. Shahensah tertawa dan membalasku dengan melemparkan air padakui, kami berduapun bermain dengan air. Shahensah mendekatkan tubuhnya ke diriku, Aku mengatakan harusnya Shahensah yang mandi sendiri karena badannya kotor, hatinya pun ikut kotor. Shahensah tak mau kalah, dia ingin aku yang membersihkan semuanya. Aku pun akan beranjak pergi dari bak pemandian, tapi Shahensah tetap menahanku. Shahensah mengatakan "ini adalah saat yang indah dan saya ingin mencintaimu sepenuhnya" Aku hanya tersenyum dan tetap ingin naik. Shahensah mendekatkan tubuhnya, mengambil secawan air dan menuangkan di atas kepalaku. Shahensah tersenyum melihat wajahku yang basah. Lgu Ankhon mein tum berkumandang, Aku pun menuangkan air di wajahnya dan mencuci wajahnya dengan bunga.

Di kamar, Aku mengeringkan rambut Shahensah. Laboni datang untuk memberi hadiah kepadaku dan Shahensah. Hadiahnya berupa parfum. Shahensah membauinya, dia merasa sangat senang. Laboni melihat handuk yang ada rambut Shahensah atasnya. Diam-diam Laboni mengambilnya.
Di kamar dammu, laboni membawakan sindur milik Jodha dan rambut Shahensah kepada dammu . Damuu menerimanya dengan senang. dia merasa akan berhasil sekarang. Dammu membuat boneka dan memberikan kepada Laboni. Laboni memantra-mantrai dan memakai sindoor di dahinya. Dammu mengatakan jika bulan purnama datang, Jalal akan menjadi milik Laboni.
Di ruangan, Shahensah bertanya padaku tentang perkembangan bahasa Inggris yang aku pelajari. Aku mengatakan "Shahensah, kamu sangat HANDSOME" Shahensah bertanya apa itu artinya. aku menjawab kalau itu artinya sangat memukau, sangat keren. Shahensah pun mengatakan bahwa aku juga sangat Handsome. Aku hanya tertawa dan menjelaskan kalau untuk perempuan itu disebut BEAUTIFUL. kami tertawa bersama.
Pelayan datang dan mengatakan ada surat dari Bhagwan das. Aku membaca surat itu. Kakakku ingin datang ke Agra untuk membicarakan tanggal pernikahan Maan Bai dan salim. Shahensah menggodaku, kalau aku punya menantu berarti ada satu orang lagi yang bisa diperintah-perintah. Aku hanya tertawa memandang Shahensah.
Di ruang sidang, Shahensah sedang membicarakan untuk menaklukkan Maharana Pratap. Pratap sangat kuat dan cerdik dalam strategi perang, Shahensah ingin Salim yang menangkapnya. Salimpun siap dan tidak akan mengecewakan Shahensah. Maan Singh juga mendukung, Salim besar sebagai prajurit, ia akan memenangkan perang ini. Rahim juga siap bersama dengan Salim. Shahensah siap untuk berperang, karena dengan mengalahkan Pratap berarti India akan dikuasai sepenuhnya.
Aku (Jodha), Salima dan Hamidah yang memilih perhiasan untuk Mann bai, Ruks mengatakan kalau dia suka semuanya. Laboni datang ke sana, ia menyapa setiap orang, Aku memang memanggilnya untuk memilihkan hadian untuk Mann Bai. laboni/Laela adalah teman sejak kecil Mann Bai, sehingga pasti tahu selera Mann Bai. Laboni tampak terkejut mengetahui kalau keluarga Amer akan datang. ini berarti rahasianya akan terbongkar.
Aram datang ke Salim dan mengatakan kepadanya bahwa Bhagwan akan datang untuk membicarakan pernikahan Salim dengan Mann. Salim tegang..Salim datang ke Anarkali dan mengatakan saya akan memberitahu Bhagwan bahwa ia tidak dapat menikahi putrinya. tapi Anar tidak setuju. Karena rencana pernikahan sudah diketahui banyak orang. Hal itu akan menimbulkan masalah baru. Salim mengatakan mengapa tidak? Aku tidak mencintainya, aku mencintaimu dan saya ingin menikah denganmu saja. Anarkali berkata, "Tapi Mann Bai mencintaimu, aku akan merasa bersalah sangat bersalah kalau mengkhianatinya" Salim bersikeras hanya Anar yang berhak atas cinta Salim. Orang tua hanya berhak menikahkan tapi tidak berhak memaksakan cinta. Salim akan mengatakan kepada Ratu Jodha.
Tanpa mereka ketahui, ternyata Hoshiyar mendengarkan percakapan mereka. Dan tentu saja akan melaporkan kepada Ruks. Karena berjalan tergesa-gesa, Hosyiar bertabrakan dengan Dammu. Hosyiar marah-marah, Dammu pun juga terlihat menahan marahnya.
Di ruang makan Hareem, semua telah berkumpul untuk makan bersama. Tampak Hosyiar membisikkan sesuatu pada Ruks tentang Salim. Laboni datang dengan membawa Ayam panggang dan memberikannya kepadaku. Namun aku menolaknya, "Apa kau lupa Laela bahwa kalau aku vegetarian?" Laboni minta maaf dan ayamnya akan ia makan sendiri. namun aku memintanya untuk duduk di seberang, agak jauh dariku. Laboni duduk di seberang meja, ia makan ayam dengan amat rakus. Salima mengingatkan laboni untuk makan lebih sopan. Laboni mengatakan kalau dia sangat menyukai ayam. Laboni makan dengan kedua tangannya. Semua orang tertegun. By NoerZulfa. episode selanjutnya.
Senin, 25 Mei 2015
SINOPSIS JODHA AKBAR EPISODE 502, Selama bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Ratu jodha
Di ruang sidang Divan-I-Khas, sidang perceraian Jalal Jodha masih berlangsung. Jodha menginginkan mahar perceraian yang lebih banyak dari yang sudah disediakan. Sheikh Mubarak berkata bahwa itu sudah sesuai hukum yang telah ditetapkan. Aku (Jodha) menjawab bahwa aku memasuki istana bukan hanya sebagai istri, namun aku telah menjadi hubungan keluarga dengan baik dengan Amijan, Ratu-ratu yang lain, para pelayan. Haruskah hubungan kekeluargaan ini berakhir dengan
perceraian antara suami istri? Perceraian ini adalah sebuah yang tidak adil.
Shahensah menimpali “Hubungan kekeluargaan yang mana ratu Jodha? Bahkan Ratu Hamidah sudah tidak mengakuimu sebagai putrinya? Baiklah apa yang kau inginkan Ratu Jodha” Aku menjawab “Aku ingin harta yang lebih dari semua itu” Semua yang hadiir terkejut. Ratu Hamida cuma terbengong tak mengerti. Shahensah menyanggupi kemauanku. Para pelayan istana berdatangan dengan membawa lebih banyak perhiasan ke ruang sidang. Ratu Hamida juga turut memberikan anting-anting berlian yang dipakai dan menaruhnya bersama perhiasan yang lain.
Melihat hal itu aku maju dan menghampiri mahar tersebut dan mengambil anting Ratu Hamida, dan menaruh dikeningku sebagai tanda hormat. Kugenggam anting berlian itu " Cukup Shahenshah. Hanya ini yang aku butuhkan. Hanya benda ini yang sangat berharga untukku. Dan Aku menerima keputusan cerai ini. Silahkan dilanjutkan sidangnya". Aku mencoba tenang untuk menjaga harga diriku. Shahensah tertegun dan juga Ratu Hamida. Salim juga menahan amarahnya melihat ibunya.
Tiba-tiba Hamida berdiri dan berkata, "Kau jangan pergi kemana-mana Ratu Jodha. Dan Jalal tidak boleh menceraikanmu" Ratu Hamida pun maju menghadap Shahensah, "Jalal kau tidak ku ijinkan menceraikan Jodha. Ini adalah perintah ku sebagai Ibumu!”
Shahensah lalu berkata kepada para menteri dan yang bukan kerabat kerajaan meninggalkan ruangan.
Jalal mengatakan bahwa tidak ada yang berhak menghalangi keputusannya. Hamida bersikeras untuk membatalkan perceraiannya. Hamida lalu menangis terisak dan akhirnya mengaku " Aku yang telah memaksa Jodha untuk berpindah keyakinan. Aku hanya berniat untuk menghentikan perang, maka aku mogok makan. Ternyata Jodha teramat mengkhawatirkanku dan putriku Jodha memutuskan untuk pindah agama demi menyelamatkanku. Semua ini bukanlah salah Jodha tetapi salahku, Jalal. Aku tak pernah berpikir Jodha akan menanggung hukuman yang sangat berat seperti ini"
Aku (Jodha) sangat terharu mendengar semuanya. Semua yang hadir juga tampak terharu.
Shahensah terlihat diam dan ada keharuan yang di sembunyikan dimatanya. Dan dengan tersenyum lebar Shahensah berkata, “Sungguh aku tak pernah bisa memahami semua hal yang menyangkut hubungan, antara seorang Ibu dan putrinya. Aku memohon maaf kepada kalian semua. Aku tidak pernah berniat untuk meceraikan Jodha. Maafkan aku. Aku tahu Jodha berada dibawah tekanan sehingga JOdha akan melakukan apa saja demi kebaikan semua orang. Aku hanya ingin ibu mengakui semua ini"
Shahensah kemudian memandangku dengan penuh rasa sesal dan lanjut berkata, “ibu selama ini telah memberi contoh terbaik tentang hubungan antara Ibu dan menantunya. Tiap kali aku berangkat perang kalian berdualah yang selalu menjadi umber kekuatan ku"
Hamida memandangku dan minta maaf kepadaku. Kami berpelukan erat. Semua yang hadir tampak lega.
Shahensah berkata kepadaku, “Baiklah, sekarang semua telah baik-baik saja. Maka aku pun mohon maaf kepada mu Ratu Jodha” Aku masih kondisi marah kepada Shahensah tidak membalas senyumya dan langsung meninggalkan ruangan. Dan bisa diduga Jalalpun pergi mengejarku. Bagaimana sanggup ia kehilanganku.... (GR)
Di kamar, dengan perasaan marah, aku mengemasi baju-bajuku Shahensah tampak tergesa-gesa memasuki kamarku. Shahensah menanyakan apa yang aku lakukan. Aku menjawab ketus. "Aku akan pergi" Shahensah berusaha menjelaskan. Aku berkata, "mungkin ini semua adalah lelucon bagimu Shahensah. Tapi itu sangat menyakiti hatiku dengan apa yang telah kau lakukan?Berkali-kali kau telah menyakiti hatiku Shahensah ..."
Shahensah terus berusaha membujukku, "Jodha kau tahu kalau aku tak pernah berhenti mencintaimu. Aku mohon kepadamu" "Cukup, aku tak mau mendengar lagi" Kataku sambil menjauh ari Shahensah. Shahensah tanpa ragu memegang bahuku dan memohon maaf padaku. Aku masih sangat marah, ku dorong dia... ku pukul-pukul bahunya... Shahensah tetap berusaha dan mohon maaf.
Shahensah menarik tanganku, "Ayo ikut aku ..." Tapi aku berusaha melepaskan pegangan tangannya. Namun Shahensah tetap menarik tanganku ke luar kamar. Sesampai di luar Shahensah menunjuk ke langit dan bintang-bintang ..."“Lihatlah bintang-bintang itu Ratu Jodha. Selama bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku hanya ingin menguji Amijan saja" Aku masih marah dan menjawab "Aku tak perduli"
Aku menjawab, “Kau harus tahu? Cintamu bagaikan sinar bintang yang meredup kemudian hilang dipagi hari. Maka seperti keputusanmu, tinggalkan aku. Aku akan lebih tenang"
Shahensah tampak terkejut dan terbelalak tak percaya. Sambil tergagap dia bertanya: “Jadi kau tetap ingin meninggalkan ku?” Berulang kali Shahensah menanyakannya sampil terus berputar-putar mengelilingiku. Kataku, “Aku ingin terbebas dari semua ketegangan ini!”
Shahensah bingung tak percaya. Dengan memelas Shahensah, “Apa yang kau inginkan? Apa yang bisa menebus kesalahanku ini jika maafku belum cukup?" Shahensah memasang wajah super memelas dan nada bicara yang hampir putus asa. Mendengar hal ini aku pun tampak tersenyum kecil tapi ia tak ku perlihatkan kepada Shahensah. Aku berbicara kepada Shahensah secara perlahan, "Kau mau aku tetap di sini?" "Tentu saja, Aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan” aku menantangnya, “Apakah kau akan punya waktu untuk ku?” Shahensah gelisah, dengan antusias ia berkata: “Tentu aku akan selalu ada waktu untuk mu” Aku tambah menggodanya “Baiklah, kau harus memenuhi beberapa syarat dari ku. bila aku ingin berjalan-jalan di taman maka kau harus meninggalkan apapun yang sedang kau kerjakan. Kau setuju?" Shahensah langsung menjawab, "tentu saja aku bisa” Aku terus mengoda Shahensah dengan menambah persyaratan “Bila aku ingin makan Mangga maka kau harus memanjat pohonnya dan mengambilkannya untuk ku” Shahensah bingung tapi tetap menjawab, “Oke siap” Aku terus menambah persyaratan yang semakin lama semakin aneh dan Shahensah menyetujui semuanya. Kemudian kataku. "Dan Syarat terakhirku adalah peganglah kedua kuping mu, lalu jongkok dan bergayalah bagaikan seekor ayam" Shahensah seperti orang terhipnotis mau melakukannya, walau akan mengelak akhirnya Shahensah pasrah juga. Dia pun jongkok sambil memegang keduia telinganya. Akan tetapi Aku jadi sungkan dam langsung menghentikannya. Aku menarik Shahensah dan berkata dengan serius, "Jangan pernah sekali-kali kau mengucapkan kata cerai padaku ya!” Shahensah terdiam dan menahan tangisnya. Ia terus memandangi istrinya tercinta ini. Dengan lirih Shahensah menjawab, " Aku berjanji" Kemudian Shahensah memeluk erat diriku dan berkata “Maafkanlah diri ku. Tahukah kau semua orang memihak kepadamu, Ratu Jodha? dan dia memanggilmu dengan sebutan Massa (istilah amer untuk menyebut kata ibu). Bahkan Salim datang dan mengancamku untuk mengundurkan diri sebagai putra mahkota" Aku terkejut mendengarnya. Seakan tak percaya apa yang barusan di ucapkan Shahensah. Aku sangat terharu dan bangga. Aku berkata, "Apa Shahensah? Dia memanggil diri ku Massa? Berarti Salim telah kembali padaku. bisa ku percaya?” Jodha bertanya lagi: Shahensah meyakinkanku “Benar salim menyebutmu dengan sebutan Massa. Shahensahpun memelukku dengan mesra.by Noerzulfa Episode selanjutnya
Shahensah menimpali “Hubungan kekeluargaan yang mana ratu Jodha? Bahkan Ratu Hamidah sudah tidak mengakuimu sebagai putrinya? Baiklah apa yang kau inginkan Ratu Jodha” Aku menjawab “Aku ingin harta yang lebih dari semua itu” Semua yang hadiir terkejut. Ratu Hamida cuma terbengong tak mengerti. Shahensah menyanggupi kemauanku. Para pelayan istana berdatangan dengan membawa lebih banyak perhiasan ke ruang sidang. Ratu Hamida juga turut memberikan anting-anting berlian yang dipakai dan menaruhnya bersama perhiasan yang lain.
Melihat hal itu aku maju dan menghampiri mahar tersebut dan mengambil anting Ratu Hamida, dan menaruh dikeningku sebagai tanda hormat. Kugenggam anting berlian itu " Cukup Shahenshah. Hanya ini yang aku butuhkan. Hanya benda ini yang sangat berharga untukku. Dan Aku menerima keputusan cerai ini. Silahkan dilanjutkan sidangnya". Aku mencoba tenang untuk menjaga harga diriku. Shahensah tertegun dan juga Ratu Hamida. Salim juga menahan amarahnya melihat ibunya.
Tiba-tiba Hamida berdiri dan berkata, "Kau jangan pergi kemana-mana Ratu Jodha. Dan Jalal tidak boleh menceraikanmu" Ratu Hamida pun maju menghadap Shahensah, "Jalal kau tidak ku ijinkan menceraikan Jodha. Ini adalah perintah ku sebagai Ibumu!”
Shahensah lalu berkata kepada para menteri dan yang bukan kerabat kerajaan meninggalkan ruangan.
Jalal mengatakan bahwa tidak ada yang berhak menghalangi keputusannya. Hamida bersikeras untuk membatalkan perceraiannya. Hamida lalu menangis terisak dan akhirnya mengaku " Aku yang telah memaksa Jodha untuk berpindah keyakinan. Aku hanya berniat untuk menghentikan perang, maka aku mogok makan. Ternyata Jodha teramat mengkhawatirkanku dan putriku Jodha memutuskan untuk pindah agama demi menyelamatkanku. Semua ini bukanlah salah Jodha tetapi salahku, Jalal. Aku tak pernah berpikir Jodha akan menanggung hukuman yang sangat berat seperti ini"
Aku (Jodha) sangat terharu mendengar semuanya. Semua yang hadir juga tampak terharu.
Shahensah terlihat diam dan ada keharuan yang di sembunyikan dimatanya. Dan dengan tersenyum lebar Shahensah berkata, “Sungguh aku tak pernah bisa memahami semua hal yang menyangkut hubungan, antara seorang Ibu dan putrinya. Aku memohon maaf kepada kalian semua. Aku tidak pernah berniat untuk meceraikan Jodha. Maafkan aku. Aku tahu Jodha berada dibawah tekanan sehingga JOdha akan melakukan apa saja demi kebaikan semua orang. Aku hanya ingin ibu mengakui semua ini"
Shahensah kemudian memandangku dengan penuh rasa sesal dan lanjut berkata, “ibu selama ini telah memberi contoh terbaik tentang hubungan antara Ibu dan menantunya. Tiap kali aku berangkat perang kalian berdualah yang selalu menjadi umber kekuatan ku"
Hamida memandangku dan minta maaf kepadaku. Kami berpelukan erat. Semua yang hadir tampak lega.
Shahensah berkata kepadaku, “Baiklah, sekarang semua telah baik-baik saja. Maka aku pun mohon maaf kepada mu Ratu Jodha” Aku masih kondisi marah kepada Shahensah tidak membalas senyumya dan langsung meninggalkan ruangan. Dan bisa diduga Jalalpun pergi mengejarku. Bagaimana sanggup ia kehilanganku.... (GR)
Di kamar, dengan perasaan marah, aku mengemasi baju-bajuku Shahensah tampak tergesa-gesa memasuki kamarku. Shahensah menanyakan apa yang aku lakukan. Aku menjawab ketus. "Aku akan pergi" Shahensah berusaha menjelaskan. Aku berkata, "mungkin ini semua adalah lelucon bagimu Shahensah. Tapi itu sangat menyakiti hatiku dengan apa yang telah kau lakukan?Berkali-kali kau telah menyakiti hatiku Shahensah ..."
Shahensah terus berusaha membujukku, "Jodha kau tahu kalau aku tak pernah berhenti mencintaimu. Aku mohon kepadamu" "Cukup, aku tak mau mendengar lagi" Kataku sambil menjauh ari Shahensah. Shahensah tanpa ragu memegang bahuku dan memohon maaf padaku. Aku masih sangat marah, ku dorong dia... ku pukul-pukul bahunya... Shahensah tetap berusaha dan mohon maaf.
Shahensah menarik tanganku, "Ayo ikut aku ..." Tapi aku berusaha melepaskan pegangan tangannya. Namun Shahensah tetap menarik tanganku ke luar kamar. Sesampai di luar Shahensah menunjuk ke langit dan bintang-bintang ..."“Lihatlah bintang-bintang itu Ratu Jodha. Selama bintang-bintang itu masih bersinar dilangit, aku tak akan pernah meninggalkanmu. Aku hanya ingin menguji Amijan saja" Aku masih marah dan menjawab "Aku tak perduli"
Aku menjawab, “Kau harus tahu? Cintamu bagaikan sinar bintang yang meredup kemudian hilang dipagi hari. Maka seperti keputusanmu, tinggalkan aku. Aku akan lebih tenang"
Shahensah tampak terkejut dan terbelalak tak percaya. Sambil tergagap dia bertanya: “Jadi kau tetap ingin meninggalkan ku?” Berulang kali Shahensah menanyakannya sampil terus berputar-putar mengelilingiku. Kataku, “Aku ingin terbebas dari semua ketegangan ini!”
Shahensah bingung tak percaya. Dengan memelas Shahensah, “Apa yang kau inginkan? Apa yang bisa menebus kesalahanku ini jika maafku belum cukup?" Shahensah memasang wajah super memelas dan nada bicara yang hampir putus asa. Mendengar hal ini aku pun tampak tersenyum kecil tapi ia tak ku perlihatkan kepada Shahensah. Aku berbicara kepada Shahensah secara perlahan, "Kau mau aku tetap di sini?" "Tentu saja, Aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan” aku menantangnya, “Apakah kau akan punya waktu untuk ku?” Shahensah gelisah, dengan antusias ia berkata: “Tentu aku akan selalu ada waktu untuk mu” Aku tambah menggodanya “Baiklah, kau harus memenuhi beberapa syarat dari ku. bila aku ingin berjalan-jalan di taman maka kau harus meninggalkan apapun yang sedang kau kerjakan. Kau setuju?" Shahensah langsung menjawab, "tentu saja aku bisa” Aku terus mengoda Shahensah dengan menambah persyaratan “Bila aku ingin makan Mangga maka kau harus memanjat pohonnya dan mengambilkannya untuk ku” Shahensah bingung tapi tetap menjawab, “Oke siap” Aku terus menambah persyaratan yang semakin lama semakin aneh dan Shahensah menyetujui semuanya. Kemudian kataku. "Dan Syarat terakhirku adalah peganglah kedua kuping mu, lalu jongkok dan bergayalah bagaikan seekor ayam" Shahensah seperti orang terhipnotis mau melakukannya, walau akan mengelak akhirnya Shahensah pasrah juga. Dia pun jongkok sambil memegang keduia telinganya. Akan tetapi Aku jadi sungkan dam langsung menghentikannya. Aku menarik Shahensah dan berkata dengan serius, "Jangan pernah sekali-kali kau mengucapkan kata cerai padaku ya!” Shahensah terdiam dan menahan tangisnya. Ia terus memandangi istrinya tercinta ini. Dengan lirih Shahensah menjawab, " Aku berjanji" Kemudian Shahensah memeluk erat diriku dan berkata “Maafkanlah diri ku. Tahukah kau semua orang memihak kepadamu, Ratu Jodha? dan dia memanggilmu dengan sebutan Massa (istilah amer untuk menyebut kata ibu). Bahkan Salim datang dan mengancamku untuk mengundurkan diri sebagai putra mahkota" Aku terkejut mendengarnya. Seakan tak percaya apa yang barusan di ucapkan Shahensah. Aku sangat terharu dan bangga. Aku berkata, "Apa Shahensah? Dia memanggil diri ku Massa? Berarti Salim telah kembali padaku. bisa ku percaya?” Jodha bertanya lagi: Shahensah meyakinkanku “Benar salim menyebutmu dengan sebutan Massa. Shahensahpun memelukku dengan mesra.by Noerzulfa Episode selanjutnya
Jumat, 22 Mei 2015
SINOPSIS JODHA AKBAR 501, Pangeran Salim kembali dari medan perang
Berita tentang perceraian Shahenshah dan Malika Hindustan telah tersebar. Seluruh orang membicarakannya, termasuk para mentri kerajaan. Birbal berharap semoga Ratu Jodha diberi kekuatan.
Sementara itu terlihat Salim, Daniyal dan Murad telah kembali dari medan perang. Seisi istana merasa bahagia menyambut kedatangan para pangeran. Aku (Jodha) menghampiri Salim dan menyatakan bahwa aku selalu mendoakan keselamatan anak-anakku. Salim pun menyentuh kakiku sebagai tanda hormat. Sementara Murad tampak menghampiri ratu Salima dan memeluknya. Hamida tampak bangga kepada mereka bertiga. Tampak Salim merasa ada keganjilan melihat Shahensah dan aku berdiri berjauhan dan agak tegang. Shahensah mengajak semua masuk ke ruang sidang.
di ruang sidang i-Khas Shahensah berkata sebagai seorang ayah dia sangat bangga dan ke 3 putranya telah patuh dan menuruti perintahnya. Ini adalah sumber kekuatan bagi Shahensah. Dan pada kesempatan itu Shahensah mengumumkan bahwa Pangeran Salim dinobatkan kembali menjadi putra mahkota. Aku dan para ratu tersenyum bahagia. semua meneriakkan nama Pangeran Salim. Shahensah berdiri dan memeluk Salim. Birbal dan Todar Mal tersenyum. Mansingh kelihatan sangat bangga. Aku sangat bersyukur, setidaknya Shahensah dan putraku kembali memiliki hubungan yang baik.
Nadira sedang duduk di halaman dan membakar daun-daun kering, Salim menghampirinya. Nadira tampak sangat gembira dan memeluk erat Salim. Nadira berkata bahwa dia sangat merindukan Salim dan selalu mendoakannya. Tiba-tiba Nadira teringat pesan ibunya, bahwa Salim hanya mimpi baginya. Nadira mengkoreksi bahwa ia mendoakan untuk semua prajurit. Salim meminta Nadira untuk mengakui bahwa Nadira juga sangat mencintainya. Salim meminta untuk mengucapkannaya untuk kali ini saja. Nadira pertama mengelak, namun setelah didesak Nadira memandang Salim dan mengakui dirinya mencintai Salim. Salim terkejut. Namun Nadira sadar bahwa cintanya akan membawa bencana bagi Salim. Itu sebabnya Nadira tidak pernah berani mengatakannya. Nadira memeluk erat Salim. Salim merasa sangat bahagia dan akan menyampaikan kepada ibunya. Salim yakin Ibunya dan Shahensah akan setuju. Nadira tampak ragu, dan akhirnya menceritakan kejadian yang menimpa Shahensah dan Jodha. Dari keinginan Jodha akan pindah agama sampai Shahensah akan menceraikannya.
Shahensah sedang duduk dikamarnya sambil memandangi lukisan Jodha, ketika Salim memasuki kamar. Salim memandang Shahensah dengan marah. "Shahensah , aku ke sini bukan ingin mengobrol dengan mu, tetapi aku ingin menanyakan mengapa kau mau menceraikan ibuku?"
Shahensah menjawab bahwa itu adalah keputusan yang tepat. Dan Salim langsung memotong perkataan Shahensah “Ibuku yang telah mengabdikan seluruh hidup bagi mu Shahenshah. Ibuku selalu setia dan mencintaimu sepenuh hati" Beginikah cara kau membalasnya?" Shahensah dan Salim pun berdebat. Salim merasa sangat mengenal baik ibunya. Ibunya akan selalu mengutamakan dan memikirkan kepentingan orang lain.
Namun Shahensah tetap pada pendiriannya untuk menceraikan Ratu Jodha.
Salim pun menjawab dengan sangat marah, " Baiklah Shahensah, kau harus ingat ini akan menjadi kesalahan yang sangat besar. Jika keputusanmu ini tidak berubah, maka aku juga punya keputusan sendiri. Aku menolak dinobatkan menjadi putra mahkota"
Salim langsung meninggalkan Shahensah yang masih tercengang dengan keputusan Salim.
Malam itu Hamida dan Gulbadan sedang duduk di halaman istana. Abu Fazl datang menghampiri dan mengatakan tidak sanggup lagi menulis biografi tentang kerajaan. Karena Raja Babur dan Raja Humayun tidak pernah menceraikan istrinya.
Mann Singh menghadap Shahensah. Mann Singh mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan keputusan Shahensah. Jika Shahensah tetap menceraikan Bhuasa Jodha, maka Mann singh juga akan meninggalkan Agra. Shahensah mengatakan bahwa keputusan ini tidak ada hubungan dengan kaearjaan. Mann Singh adalah mentri, jadi dia hanya boleh menuruti perintah Shahensah. Mann Singh menjawab bahwa dia ke Agra karena Buasanya, maka jika Jodha kembali maka Mannsingh akan mengikutinya. Dan Mann Singh tetap setia dengan kerajaan Mughal. Mann Singh juga siap dihukum jita itu perlu. Mann singh memberi salam dan pergi meninggalkan Shahensah.
Pagi harinya, di ruang sidang Divan-I-Khas. Semua tekah hadir. Shahensah memerintahkan proses perceraiannya dimulai. Shahensah berdiri, Hamida tampak tegang dan Jodha menahan marah.
Tampak Sheikh Mubarak berkata: “Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar telah memutuskan untuk menjatuhkan talaq kepada Jodha” Shahensah memandang ke arah Jodha selama Sheikh Mubarak membacakan pengumuman ini tetapi Jodha sama sekali tidak melihat kearahnya. Salima dan Ruks tampak sedih. Salim tampak marah. Murad pun terlihat marah. Sheikh Mubarak lanjut berkata: “Perceraian ini adalah bersifat resmi. Maka sesuai hukum Islam Shahenshah akan memberikan harta, emas, perhiasan dan koin emas" Aku (Jodha) berkata dengan geram “Aku ingin mahar yang lebih banyak dari itu. Jika hanya segitu aku menolaknya" Semua yang hadir terkejut atas permintaanku.By NoerZulfa
Episode selanjutnya
Sementara itu terlihat Salim, Daniyal dan Murad telah kembali dari medan perang. Seisi istana merasa bahagia menyambut kedatangan para pangeran. Aku (Jodha) menghampiri Salim dan menyatakan bahwa aku selalu mendoakan keselamatan anak-anakku. Salim pun menyentuh kakiku sebagai tanda hormat. Sementara Murad tampak menghampiri ratu Salima dan memeluknya. Hamida tampak bangga kepada mereka bertiga. Tampak Salim merasa ada keganjilan melihat Shahensah dan aku berdiri berjauhan dan agak tegang. Shahensah mengajak semua masuk ke ruang sidang.
di ruang sidang i-Khas Shahensah berkata sebagai seorang ayah dia sangat bangga dan ke 3 putranya telah patuh dan menuruti perintahnya. Ini adalah sumber kekuatan bagi Shahensah. Dan pada kesempatan itu Shahensah mengumumkan bahwa Pangeran Salim dinobatkan kembali menjadi putra mahkota. Aku dan para ratu tersenyum bahagia. semua meneriakkan nama Pangeran Salim. Shahensah berdiri dan memeluk Salim. Birbal dan Todar Mal tersenyum. Mansingh kelihatan sangat bangga. Aku sangat bersyukur, setidaknya Shahensah dan putraku kembali memiliki hubungan yang baik.
Nadira sedang duduk di halaman dan membakar daun-daun kering, Salim menghampirinya. Nadira tampak sangat gembira dan memeluk erat Salim. Nadira berkata bahwa dia sangat merindukan Salim dan selalu mendoakannya. Tiba-tiba Nadira teringat pesan ibunya, bahwa Salim hanya mimpi baginya. Nadira mengkoreksi bahwa ia mendoakan untuk semua prajurit. Salim meminta Nadira untuk mengakui bahwa Nadira juga sangat mencintainya. Salim meminta untuk mengucapkannaya untuk kali ini saja. Nadira pertama mengelak, namun setelah didesak Nadira memandang Salim dan mengakui dirinya mencintai Salim. Salim terkejut. Namun Nadira sadar bahwa cintanya akan membawa bencana bagi Salim. Itu sebabnya Nadira tidak pernah berani mengatakannya. Nadira memeluk erat Salim. Salim merasa sangat bahagia dan akan menyampaikan kepada ibunya. Salim yakin Ibunya dan Shahensah akan setuju. Nadira tampak ragu, dan akhirnya menceritakan kejadian yang menimpa Shahensah dan Jodha. Dari keinginan Jodha akan pindah agama sampai Shahensah akan menceraikannya.
Shahensah sedang duduk dikamarnya sambil memandangi lukisan Jodha, ketika Salim memasuki kamar. Salim memandang Shahensah dengan marah. "Shahensah , aku ke sini bukan ingin mengobrol dengan mu, tetapi aku ingin menanyakan mengapa kau mau menceraikan ibuku?"
Shahensah menjawab bahwa itu adalah keputusan yang tepat. Dan Salim langsung memotong perkataan Shahensah “Ibuku yang telah mengabdikan seluruh hidup bagi mu Shahenshah. Ibuku selalu setia dan mencintaimu sepenuh hati" Beginikah cara kau membalasnya?" Shahensah dan Salim pun berdebat. Salim merasa sangat mengenal baik ibunya. Ibunya akan selalu mengutamakan dan memikirkan kepentingan orang lain.
Namun Shahensah tetap pada pendiriannya untuk menceraikan Ratu Jodha.
Salim pun menjawab dengan sangat marah, " Baiklah Shahensah, kau harus ingat ini akan menjadi kesalahan yang sangat besar. Jika keputusanmu ini tidak berubah, maka aku juga punya keputusan sendiri. Aku menolak dinobatkan menjadi putra mahkota"
Salim langsung meninggalkan Shahensah yang masih tercengang dengan keputusan Salim.
Malam itu Hamida dan Gulbadan sedang duduk di halaman istana. Abu Fazl datang menghampiri dan mengatakan tidak sanggup lagi menulis biografi tentang kerajaan. Karena Raja Babur dan Raja Humayun tidak pernah menceraikan istrinya.
Mann Singh menghadap Shahensah. Mann Singh mengatakan bahwa dia tidak setuju dengan keputusan Shahensah. Jika Shahensah tetap menceraikan Bhuasa Jodha, maka Mann singh juga akan meninggalkan Agra. Shahensah mengatakan bahwa keputusan ini tidak ada hubungan dengan kaearjaan. Mann Singh adalah mentri, jadi dia hanya boleh menuruti perintah Shahensah. Mann Singh menjawab bahwa dia ke Agra karena Buasanya, maka jika Jodha kembali maka Mannsingh akan mengikutinya. Dan Mann Singh tetap setia dengan kerajaan Mughal. Mann Singh juga siap dihukum jita itu perlu. Mann singh memberi salam dan pergi meninggalkan Shahensah.
Pagi harinya, di ruang sidang Divan-I-Khas. Semua tekah hadir. Shahensah memerintahkan proses perceraiannya dimulai. Shahensah berdiri, Hamida tampak tegang dan Jodha menahan marah.
Tampak Sheikh Mubarak berkata: “Shahenshah Jalaluddin Muhammad Akbar telah memutuskan untuk menjatuhkan talaq kepada Jodha” Shahensah memandang ke arah Jodha selama Sheikh Mubarak membacakan pengumuman ini tetapi Jodha sama sekali tidak melihat kearahnya. Salima dan Ruks tampak sedih. Salim tampak marah. Murad pun terlihat marah. Sheikh Mubarak lanjut berkata: “Perceraian ini adalah bersifat resmi. Maka sesuai hukum Islam Shahenshah akan memberikan harta, emas, perhiasan dan koin emas" Aku (Jodha) berkata dengan geram “Aku ingin mahar yang lebih banyak dari itu. Jika hanya segitu aku menolaknya" Semua yang hadir terkejut atas permintaanku.By NoerZulfa
Episode selanjutnya
Langganan:
Postingan (Atom)